Pages - Menu

About

Thursday, June 23, 2011

Kronologi Perseteruan Arab – Israel


Berikut merupakan kronologi perseteruan antara Arab dengan Israel. Tulisan ini aku peroleh dari milis semoga dapat dijadikan pelajaran yang bermanfaat nantinya. Kronologi ini dimulai dari tahun 1882 M sampai dengan Sept 1993. Untuk tahun 1993 sampai sekarang bisa di cari di internet atau media laennya.

1882 M Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina sebagai keberhasilan
kampanye Inggris dan Zionis yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan
bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891 M Para tokoh pribumi Palestina di Yerusalem mengirimkan petisi kepada
pemerintah Ottoman di Konstantinopel (Istambul), menuntut dilarangnya
imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina.

1896 M Yahudi di bawah Theodore Herzl telah merampungkan sebuah doktrin
baru Zionisme sebagai langkah gerakan politik untuk mendirikan negara
Yahudi/Israel.
Mereka mendapat inspirasi untuk menunggangi negara besar dalam merealisir
rencana mereka.

1897 m Theodore Herzl menggelar kongres Zionis dinia pertama di Basle,
Swiss. Kongres itu bercita-cita mendirikan negara Israel di Palestina.
Keputusan Zionis itu mendapat dukungan Inggris karena sesuai dengan
politik imperialisme Inggris.

1916 M Perjanjian rahasia (persekongkolan) Sykes-Picot oleh sekutu -
Inggris, Perancis dan Rusia yang dibuat di saat yang tepat, yaitu meletusnya
perang dunia I, untuk mencengkram wilayah Arab dari kesultanan Ottoman
dan membagi- bagikannya di antara mereka. Inggris memperoleh pengendalian
terbesar atas Palestina. Kecuali Galilea di bawah Perancis, bagian selatan
dan Yerusalem diurus bersama. Sedang Syiria dan Libanon bagi Perancis.

1917 M Menteri luar negeri Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour,
dalam deklarasi Balfour, memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord
Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina
dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi di Palestina. Lima tahun
kemudian, Liga Bangsa-bangsa – sekarang PBB – memberikan mandat kepada
Inggris untuk menguasai Palestina.

1929 M Setelah pecahnya serangkaian pertikaian antara pribumi Arab Palestina
dengan para pemukin Yahudi, maka inggris mengirim komisi Shaw dan John Hope
Simpson untuk menyelidiki. Dan merekapun menyimpulkan bahwa imigrasi besar-
besaran Yahudilah penyebabnya.
Passifield White Paper dikeluarkan dari hasil perundingan utusan Inggris
dengan
utusan Palestina. Rekomendasi tersebut untuk mengatasi pertikaian-pertikaian
yang
telah meledak antara pribumi Arab Palestina dengan minoritas pemukim Yahudi
dan pemukim baru Zionis. Isinya menegaskan pembatasan yang ketat terhadap
Imigrasi orang-orang Yahudi yang merupakan pangkal kerusuhan di sana.

1931 M Perdana Menteri Inggris Ramsey Mac Donald secara tegas menolak
Passifield White Paper dalam surat resminya kepada tokoh zionis Chaim
Wizman.
Sebagai akibatnya arus imigran Yahudi semakin meledak. Dan ini menyebabkan
peningkatan kerusuhan Arab-Yahudi sepanjang dekade 1930-an.

1936 M Rakyat Arab Palestina memberontak terhadap pendudukan Inggris dalam
upaya menghentikan imigran Yahudi yang semakin deras atas dukungan Inggris
merampas ruang hidup rakyat palestina. Satuan-satuan Inggris, pemukiman
Yahudi dan pemukiman baru Zionis mendapatkan serangan.


1937 M Kongres Pan Arab diadakan di Bludan, Syria, yang membahas masalah
Palestina dengan menentukan sikap bersama Arab.

1938 M Kongres antara parlemen negara-negara Arab dan Islam diadakan di
Kairo untuk pembelaan Palestina. Dicetuskan resolusi yang menuntut
penghentian
imigrasi orang-orang Yahudi dan pembentukan negara Palestina merdeka,
sebagai negara arab yang bersatu dan berswapraja.

1939 M Setelah kegagalan Inggris menciptakan rekonsiliasi Arab Zionis atas
masalah Palestina dalam Konferensi London, maka Inggris menerbitkan apa yang
disebut sebagai buku putih yang memberlakukan pembatasan terhadap imigrasi
Yahudi ke Palestina di masa depan. Namun nyatanya buku putih itu hanya
pengelabuan terhadap bangsa Arab. Inggris ternyata menolak melaksanakan isi
buku butih itu dan tetap melaksanakan Deklarasi Balfour.

1944 M Inggris secara terbuka memaparkan politiknya suatu kongres partai
buruh yang berkuasa, yakni, “Membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk
negeri itu, jika mereka menghendaki menjadi mayoritas. Masuknya mereka
terus-menerus akan juga mendorong keluarnya pribumi arab dari sana”.

1947 M PBB memberikan rekomendasi pemecahan Palestina menjadi dua,
negara Arab dan Israel. Hal ini menampar prinsip keadilan. Suatu tragedi
yang
dipaksakan imperialis dan Zionis bersama-sama.

1948 M Inggris mundur dari Palestina karena mandatnya dari PBB sudah habis.
Para pemukim Yahudi mengumumkan kemerdekaan negara Israel, sambil
melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih amat lemah,
sehingga menimbulkan peperangan dengan negara-negara Arab tetangganya.
sebelum pelaksanaan pembagian wilayah, Israel berhasil merebut daerah Arab
Palestina yang telah ditetapkan PBB. Sedangkan tepi barat (wilayah Yordania)
Jalur Gaza (wilayah Mesir) masih berada di tangan Arab.

1948 13 Mei Atas perintah Inggris pasukan Yordania yang dipimpin oleh
panglima bangsa Inggris ditarik dari Palestina bersama pencegahan passukan-
pasukan Arab lainnya memasuki Palestina. Itu semua menjelang habisnya masa
perwalian Inggris di Palestina.
Gerombolan-gerombolan bersenjata Zionis menyerang dan membantai Pribumi
Palestina termasuk perempuan dan anak-anak dalam jumlah yang mengerikan di
ssetiap kota dan desa, antara lain Dyr Yassin, Haifa, Yerussalem, Jaffa dan
Theberia dll. Kota-kota dan desa-desa tersebut direbut dan penduduknya
mereka kosongkan, sebagian terbantai dan sebagian mengungsi ke luar.

1948 14 Mei Yahudi mengumumkan berdirinya negara Zionis Israel disaat yang
tepat, yaitu sehari sebelum Inggris resmi meninggalkan Palestina dalam masa
perwaliannya yang hampir habis. Hingga lahirlah negara baru Israel dalam
perlindungan imperialis Inggris. Suatu perencanaan yang paling cermat dalam
sejarah imperialisme.

1948 15 Mei Inggris resmi meniggalkan Palestina saat agresi Yahudi
bersenjata masih berlangsung terhadap rakyat Palestina yang masih amat
lemah. Suatu kesempatan bagi Yahudi untuk menduduki lebih banyak lagi
wilayah sebelum pelaksanaan pembagian wilayah oleh PBB bila sudah
diserahkan Inggris.
Gerombolan Zionis Israel dari gerombolan Hagana, Irgun dan lainnya dengan
brutal masih menyerbu, kini ke Negeve (selatan Palestina) di saat pejuang
Palestina makin terpojok. Dua negar Arab, Irak dan Yordania di bawah
Abdullah dan Raja Abdullah telah diatur oleh Inggris berkhianat kepada
rakyat
Palestina.
Belakangan diketahui bahwa tanpa sepengetahuan dunia Arab, Raja Abdullah
telah berkhianat dengan membuat persetujuan rahasia dengan Inggris. Ia
menyetujui pembagian Palestina. Ini disembunyikan dengan rapi, dengan
membuat pernyataan palsu tentang pembelannya terhadap Palestina.

1948 Okt. Akhirnya Yahudi merebut Negeve (Negeb) karena segala
kemudahan dari Inggris, disebabkan pula oleh keterpukauan para pemimpin
Arab saat itu. Inggris menyadari benar arti pentingnya Negeve untuk
menguasai
terusan Suez.

1948 2 Des. Protes keras Liga Arab karena tindakan Amerika serta usaha-usaha
sekutunya Inggris berupa dorongan-dorongan dan fasilitas yang mereka berikan
terus bagi imigrasi Zionis ke Palestina.

1956 Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser menasionalisasikan terusan Suez.
29 Okt. Israel dengan bantuan pasukan Inggris dan Perancis melancarkan
serangan ke semenanjung Sinai sampai mendekati terusan Suez. Karena
mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat, Inggris dan Perancis menarik
pasukannya. Peristiwa ini sebagai bukti, Zionis adalah ujung tombak
imperialis Barat di Timur Tengah.

1958 Perang saudara di Libanon meletus untuk pertama kalinya sebagai ke-
lanjutan dari politik devide et impera yang ditanamkan Inggris dan Zionis.

1964 Para pemimpin Arab memutuskan pembentukan PLO (Palestina Liberation
Organitation).

1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syiria selama enam hari dengan
dalih serangan pencegahan. Israel berhasil merebut semenanjung Sinai dan
jalur
Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem
(Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara ketiga negara
itu
karena memperoleh bantuan informasi intelejen yang berasal dari Amerika
sebelum melaksanakan serangan itu.

1967 Nov. Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor 242, untuk
perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang
enam hari, pengakuan semua negara di kawasan itu dan menyelesaikan secara
adil masalah pengungsi Palestina.

1968 Israel melancarkan serangan ke Libanon dengan sasaran pangkalan
pejuang Palestina di kamp pengungsi Karameh, namun kemudian dipukul mundur
oleh pejuang Palestina dan tentara Yordania.

1969 Yasser Arafat terpilih sebagai ketua Komite Eksklusif PLO.

1970 Karena kekuatan-kekuatan kelompok-kelompok gerilyawan Palestina di
Yordania semakin kuat dan berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi
perjuangan rakyat Palestina, menimbulkan permusuhan antara PLO dan Yordania,
karena negara itu sebagai basis PLO dikecam oleh opini dunia. Akibatnya
timbul
perang saudara antara PLO dengan Yordania dan berakhir dengan pengusiran
markas PLO dari Yordania ke Libanon.

1973 6 Oktober Mesir dan Syiria menyerang pasukan Israel di semenanjung
Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasa Yahudi Yom Kippur, untuk
merebut kembali wilayahnya yang diduduki Israel. Pertempuran ini dikenal
dengan Perang Oktober.

1973 22 Oktober Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 338, sebagi
perintah gencatan senjata, pelaksanaan resolusi 242 dan perundingan
perdamaian di Timur Tengah.

1974 PLO ditegaskan sebagi wakil yang sah dari bangsa Palestina dalam
sebuah konferensi puncak Negara-negara Arab di Rabat, Marokko.

1975 Kembali meletus perang saudara antar golongan di Libanon sebagai
buah dari bibit yagn ditanam dulu oleh imperialis dan Zionis.

1977 Presiden Mesir Anwar Sadat pergi ke Yerussalem tanpa berkonsultasi
dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel bersedia
mengembalikan seluruh semenanjung Sinai. Tindakan ini mengakibatkan
sistem Arab pecah menjadi beberapa kubu dan pertentangan pandangn
politiknya. Negara-negara Arab mengecam pemimpin Mesir itu sebagai
pengkhianat.

1978 September Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang
diprakarsai oleh Amerika Serikat. Perjanjian itu memberikan otonomi terbatas
kepada Rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Israel tetap menolak
perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Peristiwa ini
mengakibatkan Mesir terisolir dari gelanggang politik Arab.

1979 17 Menteri Luar Negeri yang secara kolektif merupakan dewan Liga Arab
membentuk Komite Solidaritas Arab mengatasi gejolak-gejolak perpecahan di
dalam sistem Arab.

1979 Ayatullah Khomeine memaklumkan Revolusi Islam di Iran yang
menumbangkan rezim Syah Reza Pahlevi.

1980 Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota
Yerussalaem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota Israel. Suatu Kesewe-
nangan yang kesekian kalinya menampar prinsip keadilan di bumi ini.

1980 Pecah perang Iran-Irak yang berkepanjangan sampai 8 tahun.

1982 Juni hingga Nopember Israel menyerang Libanon (mereka menamakan
operasi Galilea), dan bersama-sama milisi Phalangis membantai ratusan orang
Palestina di perkemahan kaum pengungsi Sabra dan Shatila di Beirut.
Pemimpin Phalangis Bashir Gemayel terbunuh.

1983 Kedutaan besar Amerika Serikat dan Markas Korps Marinir Amerika di
Beirut diledakan bom mobil bunuh diri.

1987 ‘Intifadah’ – perlawanan oleh orang-orang Palestina tanpa senjata
terhadap tentara Israel mulai meledak di wilayah pendudukan Israel di Tepi
Barat dan Jalur Gaza.

1988 Des. Menlu Amerika, George P. Schultz membenarkan pembukaan dialog
dengan PLO setelah Arafat mau mengakui hak keberadaan negara Israel.

1989 Mei Perdana Menteri Israel, Yitzhak Shamir, menyerukan pengakhiran
keadaan perang antara negara-negara Arab dan Israel, dan pengakhiran boikot
Arab terhadap Israel, serta mengajukan rencana perundingan perdamaian Arab-
Israel, tetapi menolak berunding dengan PLO. Bulan September, Mesir
menawarkan diri sebagai tuan rumah perundingan awal antara Israel dan wakil-
wakil Palestina.

1989 Okt. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, James Baker, mengajukan
rencana lima butir perdamaian Timur Tengah, sebagai gabungan rencana Israel
dan Mesir untuk melaksanakan pertemuan tiga pihak, yakni Mesir, Israel dan
Amerika Serikat guna mengadakan perundingan Israel dan Palestina.

1990 Agustus Irak menyerbu Kuwait. Ketua PLO Yasser Arafat menyatakan
mendukung Presiden Irak Saddam Hussein. Terjadi lagi perpecahan dan
pergeseran persekutuan antar Arab menjadi dua kubu.

1991 Maret Presiden Amerika Serikat George Bush menyatakan berakhirnya
perang teluk dan membuka kesempatan bagi penyelesian konflik Arab-Israel.

1991 Okt. Negara-negara Arab dan Israel mengadakan perundingan di Madrid,
Spanyol dengan sponsor Amerika Serikat dan Uni Soviet, untuk menyelesikan
masalah konflik Arab-Israel.

1993 Sept. PLO-Israel menyatakan saling mengakui eksistensi masing-masing
dan Israel memberi hak otonomi kepada PLO kota Yericho dan Gaza.

Pengakuan itu mendapat reaksi kecaman keras dari pihak Radikal Israel maupun
kelompok kelompok Palestina yang tidak setuju.
dikutip dari: IIIII
Arab & Israel, Conflict or Conciliation

No comments:

Post a Comment